Team sepakbola manakah yang lebih dulu terkenal dengan julukan the dream team?
Sebelum Real Madrid terkenal dengan julukan Los Galacticos dan Barcelona digelari the dream team, AC Milan pertama kali mempopulerkan julukan the dream team bagi sebuah team yang mampu menampilkan permainan menarik dan bergelimang gelar.
Statement ini bisa saja diperdebatkan karena sebelum AC Milan ada beberapa team yang mampu menampilkan permainan memukau dan menarik dan layak mendapatkan gelar tersebut.
Tercatat timnas Belanda di piala dunia 1974 dan 1978 memukau dunia dengan total football dan timnas Brazil era Zico dan Socrates yang bahkan melebih sensasi Brazil-nya Pele.
Satu kesamaan dari kedua team diatas adalah mereka boleh saja memukau penikmat bola dengan permainan menarik tetapi catatan sejarah tidak menggoreskan nama mereka sebagai pengangkat trofi.
Meski tampil mempesona, Johan Cruyf dan Zico tidak pernah merasakan nikmatnya mengangkat trofi kemenangan.
Argentina dengan Maradona nya di piala dunia 1986 adalah fenomena sepakbola saat itu, tetapi atensi publik adalah ke si nomor 10 Maradona dan bukan secara team.
Begitu pula saat Zinedine Zidane bersama Prancis di piala dunia 1998 dan Ronaldo bersama Brazil di piala dunia 2002 merajai event sepakbola akbar tersebut.
Tidak ada pentahbisan sebagai the dream team pada team juara itu.
Penyematan the dream team baru marak lagi saat Barcelona merajai sepakbola dunia sejak kehadiran Pep Guardiola yang menyabet seluruh gelar yang mungkin diraih.
Kembali ke AC Milan, team yang pertama kali "mempopulerkan" julukan the dream team.
Ketika mereka berjaya dengan trio Swedia dalam diri Gunnar Gren, Gunnar Nordahl dan Nils Liedholm julukan the dream team belum melekat kuat ke AC Milan.
Barulah saat AC Milan berjaya dengan trio Belanda dalam diri Marco Van Basten, Ruud Gullit dan Frank Riijkard julukan the dream team melekat ke AC Milan.
Julukan yang bahkan terus berlanjut setiap kali AC Milan menjalani periode kesuksesan sampai akhirnya memunculkan julukan the dream team jilid 2.
Setelah memukau dan meraih prestasi lewat the dream team 1 dengan ikon trio Belanda yang ditukangi Arrigo Sachi, AC Milan melanjutkan masa keemasan mereka dengan the dream team jilid 2 dimana tidak ada lagi ikon trio pada the dream team baru ini.
Peralihan masa the dream team 1 ke jilid 2 ditanda peralihan estafet kepelatihan dari Arrigo Sachi yang naik pangkat melatih timnas Italia ke Fabio Capello.
The dream team jilid 2 yang ditangani Fabio Capello ini melanjutkan masa keemasan the dream team berbekal sisa-sisa armada the dream team 1 seperti Paolo Maldini, Alessandro Costacurta, Danielle Massaro, Mauro Tassotti, dengan talenta asing berkelas seperti Dejan Savicevic, Zvonimir Boban dan Marcell Desaily.
Selepas kepergian Fabio Capello ke Real Madrid yang menandai berakhirnya masa the dream team, AC Milan tetaplah merupakan skuad penuh talenta yang layak menjaga prestise sebagai the dream team.
AC Milan setelah Fabio Capello tercatat memiliki bintang-bintang tenar seperti George Weah, Jean Pierre Papin, Oliver Bierhoff, Gianlugi Lentini sampai maskot Italia saat itu, Roberto Baggio.
Meski demikian AC Milan tidak secemerlang saat menjalani masa keemasan the dream team.
Faktor pelatih dari Oscar Tabarez sampai Alberto Zacheroni ditenggarai menjadi salah satu faktor meredupnya masa keemasan the dream team AC Milan.
Zacheroni sendiri meski berhasil mempersembahkan scudetto di musim pertamanya, tetap dianggap tidak secemerlang Sacchi dan Capello dalam membesut AC Milan.
Sampai akhirnya, Carlo Ancelotti datang.
Kedatangan Carlo Ancelotti yang saat itu terkenal sebagai pelatih muda potensial dilanjutkan dengan kedatangan bintang-bintang bola dalam diri Rui Costa, Fillippo Inzaghi, Clarence Seedorf, Andrea Pirlo, Dida, Alessandro Nesta dan mulai matangnya Andrei Shevchenko sebagai striker utama AC Milan.
Media-media saat itu memprediksikan bakal kelahiran the dream team jilid 3.
Dan benar saja, team ini mampu berbicara banyak dengan menyabet semua gelar yang tersedia meski tidak dilakukan dalam satu musim yang berdekatan.
Dimulai dengan double tittle Coppa Italy dan Liga Champion 2002-2003 dan berlanjut scudetto ditahun berikutnya yang ditandai kemunculan bintang muda Brazil Kaka.
Kaka sendiri berperan sangat vital dalam gelar Liga Champion 2006-2007 dan gelar Piala Dunia antar klub 2007.
Dengan sukses tersebut, Ancelotti tercatat menjadi pelatih terlama yang pernah menangani AC Milan yaitu selama 8 tahun.
Setelah Ancelotti mengakhiri masa keemasan di AC Milan dengan menerima tantangan Chelsea, AC Milan seperti mengulangi periode kelam peralihan dari dream team 2 ke dream team 3.
Ditandai kepergian Kaka, Leonardo yang menggantikan Ancelotti hanya sanggup meloloskan AC Milan ke Liga Champion dan sama sekali tidak memberi gelar.
Lalu kemudian, Massimiliano Allegri datang dan langsung memberi scudetto di musim debutnya.
Seperti mengulang cerita saat Ancelotti datang membangun the dream team 3, kedatangan Allegri diikuti kedatangan Zlatan Ibrahimovic, Thiago Silva, Robinho dan Cassano.
Maka saat Berlusconi melego Ibrahimovic dan Silva ke PSG plus sejumlah pilar eks the dream team 3 mengakhiri pengabdiannya, muncul pertanyaan besar...seperti apa AC Milan nanti??
Meski mengedepankan aturan financial fair play dan kondisi keuangan yang tidak baik, sesungguhnya AC Milan sedang membangun era baru the dream team.
Tidak percaya?
Simak bagaimana rata-rata usia pemain AC Milan sekarang masih berada dibawah 30 tahun.
Rata-rata umur itu menunjukkan keinginan memadukan pemain yang tengah berada di umur matang seperti Ricardo Montolivo, Robinho, Giampaolo Pazzini dan Phillippe Mexes dengan talenta muda yang siap mentas dan kian matang dalam diri Alexandre Pato, El Sharawy, Kevin Prince Boateng, Ignazio Abate dan Antonio Nocerino.
Dibimbing oleh pemain senior yang tersisa seperti Massimo Ambrosini dan Christian Abbiati, AC Milan sedang menyiapkan era baru the dream team.
Boleh jadi sejumlah pilar AC Milan saat ini bukanlah nama-nama heboh semacam Rui Costa, Shevchenko dan Alessandro Nesta, tetapi siapa yang menyangkal kesiapan Montolivo melanjutkan peran Pirlo di timnas Italia.
Lalu perhatikan bagaimana AC Milan menemukan pengganti Gattuso dalam diri Nocerino, kemunculan Kevin Prince Boateng sebagai trequartista bertenaga, mulai mapannya Abate mengisi posisi bek kanan sampai vitalnya peran Mexes di lini belakang timnas Prancis.
Robinho yang sempat digadang-gadang sebagai Pele baru juga makin termotivasi menunjukkan kepantasan julukan tersebut, Pato yang akan membuktikan kemampuannya sebagai salah satu talenta terbaik dari negeri samba, Pazzini yang bertekad mengembalikan ketajamannya seperti saat di Sampdoria dan El Sharawy yang akan meneruskan kejayaan tradisi striker AC Milan seperti Pippo Inzaghi.
Jika dulu AC Milan membangun the dream team dengan kekuatan finansial yang baik, maka ditengah kondisi keuangan yang kurang baik AC Milan masih bergerak membangun the dream team tanpa harus jor-jor an membeli pemain.
Jadi, nantikan hasil sebuah revolusi di AC Milan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar