Sudah cukup lama saya tidak mengulas apa yang terjadi dalam dunia sepakbola.
Perpindahan Jose Mourinho dari neraka karirnya di Real Madrid ke cinta sejatinya di Chelsea tidak cukup mengugah saya untuk mengulasnya.
Heboh berita kepindahan Gareh Bale yang tersaingi dengan kesedihan beberapa punggawa Real Madrid akan kepindahan Mesut Ozil ke Arsenal juga belum mampu mengerakkan hati dan pikiran untuk mengulas kejadian dalam dunia sepakbola tersebut.
Sampai akhirnya kegemilangan Timnas U-19 meraih juara AFF Cup U 19 dan cantiknya permainan Evan Dimas dkk saat menekuk raksasa asia Korsel mendorong saya untuk mengulas lagi hal-hal yang terjadi dalam dunia sepakbola.
Timnas U 19 membawa sejumlah pesan bagi PSSI.
Sudah saatnya pembinaan pemain usia muda mendapatkan prioritas ketimbang mengejar prestasi instan lewat naturalisasi.
Bolehlah berkaca pada keberhasilan Singapura meraih juara piala AFF 2004 dengan materi pemain naturalisasi atau keberadaan Mauro Camoranesi sebagai pemain naturalisasi dalam skuad Italia yang menjuarai piala dunia 2006, tapi jangan pula melupakan bahwa keberhasilan Malaysia menjuarai piala AFF 2010 terasa "lebih manis" rasanya dan bagaimana Italia di piala dunia selanjutnya tidak sanggup lolos dari fase grup karena kekurangan amunisi penerus yang muda dan berkualitas.
Tengoklah kesabaran Spanyol memupuk prestasi dengan pembinaan usia muda yang sebagian besar datang dari akademi La Masia Barcelona.
Iniesta, Xavi, Puyol, Busquest dipadukan dengan talenta lain seperti Fabregas, Torres dan Villa secara konsisten meraih juara Euro 2008 dan 2012 dengan diselingi juara piala dunia 2010.
Di saat generasi emas ini belum selesai memberi prestasi, sederet junior berkualitas seperti Thiago Alcantara, Morata, De Gea dan Javi Martinez menunggu kesempatan masuk di tim senior.
Bisa dibayangkan bagaimana kuatnya hegemoni Spanyol nanti dalam dunia sepakbola.
Dalam hal ini, mungkin hanya Jerman yang bisa menyaingi Spanyol.
Kembali ke timnas U 19, Evan Dimas dkk boleh dikatakan sebagai generasi emas sepakbola Indonesia.
Mereka adalah pemutus dahaga gelar Indonesia di turnamen internasional sejak tahun 1991, waktu yang sangat lama.
Bolehlah kita berharap bahwa timnas U 19 bukanlah timnas primavera yang mampu melahirkan kualitas macam Kurniawan Julianto, Aples Tecuari dan Bimasakti namun secara team tidak mampu memberikan sumbangsih gelar.
Timnas U 19 jangan sampai mengikuti jejak timnas primavera yang menjanjikan talenta-talenta berbakat yang lalu tidak mampu berbicara banyak karena "salah asuh" dari pemegang otoritas pembinaan sepakbola di negeri ini.
Kita tentu tidak ingin Evan Dimas, Maldini Pali, Ravi Murdianto dan rekan-rekannya dikenang "hanya" sebagai juara AFF U 19 yang mengalahkan Korsel untuk melaju ke Piala Asia U 19 2015.
Kita ingin agar Evan Dimas dkk dikenang sebagai timnas Indonesia "murni" pertama (bukan timnas yang membawa nama Hindia Belanda) yang mampu tampil dan menghibur di pentas piala dunia.
Harapan kesana tidaklah salah, terlebih bila melihat aksi anak-anak muda ini yang mampu memperagakan sepakbola menghibur ala Barcelona.
Harapan yang harus terus dijaga sambil menjaga anak-anak muda yang memanggul harapan jutaan rakyat Indonesia ini tetap memiliki antuasiasme dan nasionalisme nan militan seperti yang mereka tunjukkan saat menekuk Korsel.
Kalau sudah demikian, kita berharap satu saat nanti bisa melihat Evan Dimas dkk bersujud syukur di tengah lapangan pertandingan piala dunia. Semoga dan amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar